Teknik Sosrobahu_ Teknik Konstruksi Jembatan Karya Anak Bangsa yang Mendunia
Teknik Sosrobahu_ Teknik Konstruksi Jembatan Karya Anak Bangsa yang Mendunia

Teknik Sosrobahu: Teknik Konstruksi Jembatan Karya Anak Bangsa yang Mendunia

Sistem Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH), yang lebih populer dengan nama konstruksi Sosrobahu sebenarnya telah dikenal cukup lama di dunia konstruksi . Biasanya, teknologi ini dipakai untuk membuat bahu lengan beton di jalan raya. -MegaBaja.co.id

Cara kerjanya yang simpel dan efisien membuat teknik ini sangat diandalkan dalam pembuatan jalan layang. Terutama di kota-kota besar yang lawannya terbatas. Menariknya lagi, teknik ini ditemukan oleh orang Indonesia, lho.

Penasaran dengan teknik konstruksi Sosrobahu? Simak yuk ulasannya di bawah ini!

Mengenal Teknik Sosrobahu

Mengenal Teknik Sosrobahu
Mengenal Teknik Sosrobahu

Teknik konstruksi Sosrobahu adalah salah satu inovasi luar biasa dari Indonesia di dunia teknik sipil. Teknik ini ditemukan oleh Ir. Tjokorda Raka Sukawati, seorang insinyur asal Bali, pada 27 Juli 1988. Nama “Sosrobahu” sendiri berarti “seribu bahu” dan merujuk pada cara teknik ini dalam membuat struktur atau jalan layang tanpa mengganggu di bawahnya.

Prinsipnya, teknik ini memungkinkan bahu beton jalan layang diputar 90 derajat. Awalnya bahu jalan tersebut sejajar dengan jalan di bawahnya. Tapi kemudian diputar supaya pembangunannya tidak mengganggu arus lalu lintas. Ini sangat efektif, apalagi untuk daerah yang terkenal macet.

Melansir tekniksipil.com, metode ini banyak diaplikasikan di proyek jalan layang besar. Bahkan, bukan cuma di Indonesia tapi juga di luar negeri seperti Filipina, Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Sejarah Teknik Sosrobahu

Di tahun 80-an, Jakarta sudah mulai diwarnai dengan kemacetan. Salah satu solusi waktu itu adalah membangun jalan layang. Yang kebetulan sekali proyek tol Cawang-Tanjung Priok sepanjang 16,5 km juga sedang direncanakan. Pembangunan ini dituntut tidak boleh mengganggu jalan-jalan sekitar yang tetap harus beroperasi. PT Hutama Karya (Persero) yang bertanggung jawab atas proyek ini dituntut untuk bisa mengatasinya.

Namun ada kendala lain, teknik konstruksi yang dipakai saat itu masih sangat konvensional. Apabila teknik tersebut tetap dipakai, maka bisa membuat kemacetan makin parah. Sebenarnya ada opsi lain, yaitu menggunakan metode gantung seperti yang dipakai Singapura. Sayangnya, metode seperti itu akan memakan biaya lebih mahal.

Lalu, Ir. Tjokorda muncul dengan ide brilian. Beliau mengajukan gagasan bahwa tiang jalan harus dicor terlebih dulu. Kemudian, lengan jalan layang dicor sejajar dengan jalan di bawahnya. Setelah itu, lengan beton diputar 90 derajat supaya pembangunannya tidak mengganggu lalu lintas.

Walaupun secara teknis penemuan ini belum pernah dicoba sebelumnya karena waktu yang terbatas, Ir. Tjokorda tetap yakin idenya ini akan berhasil. Bahkan, dia siap bertanggung jawab penuh dan rela mundur dari jabatannya sebagai Direktur PT Hutama Karya jika memang tekniknya tidak berjalan. Namun kenyataannya, penemuannya sukses besar dan lengan jalan layang bisa diputar tanpa sebagaimana mestinya.

Penemuan ini muncul ketika Ir. Tjokorda sedang membetulkan mobil di garasi, dengan posisi garasi miring. Saat itu, pembantunya hanya mengganjal satu ban belakang di lantai yang licin karena terkena ceceran minyak pelumas. Ketika mobil disentuh, badan mobil berputar dengan dongkrak yang jadi porosnya. Dari sana lah, dia langsung terpikirkan untuk menyempurnakan prinsip dasar yang didapatkan tersebut.

Eksperimen Teknik Sosrobahu

Momen itu lah yang menjadi inspirasi Tjokorda. Dia mulai bereksperimen dengan membuat garis dan menerapkan hukum Pascal. Hukum Pascal menyatakan “Jika zat cair pada ruang tertutup diberi tekanan, maka tekanan diteruskan ke segala arah”.

Tjokorda menggunakan minyak pelumas sebagai fluida hidrolik karena viskositasnya yang belum rusak. Apabila tekanan (P) diberikan ke ruang dengan luas (Aa), maka akan menghasilkan gaya (F) sebesar P kali A. Rumus ini kemudian digabungkan dengan beberapa parameter lain dan menjadi “rumus Sukawati”. Menariknya, rumus ini masih sangat orisinil dan belum ada pengembangan lebih lanjut saat itu.

Eksperimen Teknik Sosrobahu
Eksperimen Teknik Sosrobahu

Setelah beberapa kali melakukan percobaan, Tjokorda akhirnya berhasil membuat desain final yang dinamakan Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH). Sistem ini terdiri dari dua cakram besi dengan diameter 80 cm yang saling menangkap. Di antara cakramnya dipasang seal karet untuk menyekat rongga sekaligus menahan minyak yang dipompa masuk ke ruang di antaranya. Nah, minyak itu akan dialirkan lewat pipa kecil yang terhubung ke pompa hidrolik.

Rancangan final Tjokorda ini akhirnya diuji coba di lapangan dan hasilnya sangat memuaskan. Pada November 1989, presiden Soeharto bahkan datang langsung untuk melihat pemasangan konstruksi LPBH ciptaan Tjokorda. Seperti yang diharapkan, presiden Soeharto terkesan lalu memberi nama konstruksi itu sebagai “Sosrobahu”. Nama ini diambil dari tokoh dalam cerita Mahabharata. Dan sejak saat itu, konstruksi LPBH lebih dikenal dengan nama Sosrobahu.

Metode Kerja Sosrobahu

Teknik Sosrobahu memakai prinsip hidrolik untuk memutar pier head alias dudukan jalan layang. Prosesnya ada beberapa langkah, seperti yang akan dijelaskan berikut.

Pier head yang memiliki diameter 4 meter akan dipasang bersama lengan pier head dengan bantuan pompa hidrolik yang tekanannya mencapai 78 kg/cm². Uniknya, meski bekistingnya sudah dilepas, lengan pier head akan tetap mengembangkan di atas pier shaft. Lalu, dengan sedikit saja dorongan, lengan beton raksasa tersebut bisa diputar 90 derajat dengan mulus.

Setelah pier shaft berada di posisi yang pas, minyak pelumas perlahan dipompa keluar, dan lengan beton otomatis menempel ke tiang. Sistem LPBH dimatikan, jadi butuh alat berat jika ingin menggesernya lagi. Namun meski konstruksinya tidak bergerak, Tjokorda memastikan semuanya aman dengan menancapkan delapan batang besi berdiameter 3,6 cm. Besi itu berfungsi untuk “mengunci” pier head ke pier shaft melalui lubang yang telah disiapkan. Setelah itu, alat LPBH dipindahkan dan digunakan kembali untuk konstruksi beton lengan jembatan lainnya.

Penerapan Teknik Sosrobahu

Teknik Sosrobahu telah banyak digunakan di proyek jalan di Indonesia. Salah satu contohnya adalah pembangunan Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek 2 (elevated). Berkat teknologi ciptaan Tjokorda ini, pembangunannya menjadi lebih cepat dan minim gangguan.

Proyek ini memiliki tantangan yang cukup rumit karena tol layang dibangun di tengah jalan Tol Jakarta-Cikampek yang sudah ada. Dan bersamaan dengan proyek Kereta Ringan dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung di sisi kiri dan kanan jalan. Dengan kondisi yang seperti itu, teknologi konstruksi yang tepat jelas menjadi kunci utama.

Penerapan Teknik Sosrobahu
Penerapan Teknik Sosrobahu

Rupanya tidak hanya digunakan di Indonesia saja, teknik ini juga diadopsi oleh insinyur di Amerika Serikat untuk membangun jembatan di Seattle. Kemudian, karya anak bangsa ini juga dipakai di Singapura, Filipina (termasuk 289 tiang jalan di proyek Metro Manila Skyway), Kuala Lumpur (135 tiang jalan), Thailand, dan beberapa negara lainnya.

Teknologi ini resmi dipamerkan oleh Dirjen Hak Cipta Paten dan Merek di tahun 1995. Jika dihitung, konstruksi Sosrobahu bisa bertahan sampai 100 tahun lamanya.

Teknik Sosrobahu adalah inovasi hebat yang menjadi solusi canggih untuk proyek infrastruktur. Meskipun prinsip kerjanya sederhana, tapi dampaknya ternyata luar biasa. Seperti mampu mengurangi gangguan pembangunan ke aktivitas sehari-hari.

Bukan hanya di Indonesia, teknik ini juga telah diaplikasikan di banyak negara. Membuat nama Indonesia makin dikenal sebagai pelopor teknologi konstruksi modern. Sosrobahu adalah bukti jika kreativitas dan inovasi bisa benar-benar memberi solusi besar untuk masalah infrastruktur di seluruh dunia.

Pekerja dan Pembelajar Intelektual Penulis Artikel, Buku, Skenario Film, dan segala turunannya Konten Kreator Tiktok, Youtube, Meta, dan lainnya "Kalaui kerja sekedar kerja, Kera pun kerja" - Buya Hamka